Sabtu, 25 Juli 2015

belajar usaha

Belajar berenterpreneur Alasan saya membuka wacana tentang enterpreneur adalah karena memang istilah enterpreneur tersebut tengah buming baru-baru ini. Terlebih di kalangan para mahasiswa-mahasiswa di seluruh penjuru Nusantara ini. Bahkan, entah mengapa, selama saya menjadi mahasiswa, banyak dosen-dosen dan guru saya yang memberikan saran dan masukan kepada saya, juga kepada mahasiswa lain agar segera mulai belajar untuk berwirausaha. Padahal, saya yaqin, hampir lebih dari 75% dari para mahasiswa-mahasiswa lain di seluruh Indonesia adalah berbondong-bondong untuk menggondol status sebagai PNS. Itulah yang membuat saya tertarik untuk membuka wacana tentang enterpreneur. Berwirausaha atau berenterpreneur merupakan proses kerja mandiri seseorang dalam menafkahi dirinya, keluarganya, juga upaya memajukan bangsanya untuk menjadi negara maju. Bisa dikatakan upaya untuk memajukan bangsanya, itu karena, menurut sebuah penelitian, suatu bangsa ketika ingin menjadi negara yang maju, maka, negara tersebut harus mempunyai 2% dari penduduknya yang berprofesi sebagai seorang enterpreneur. Seperti halnya negara Amerika yang telah memiliki 12% dari warga negaranya itu berstatus sebagai enterpreneur. Itu artinya, dari 300 juta penduduk Amerika, 36 jutanya merupakan seorang enterpreneur. Belum lagi jepang dan china yang enterpreneurnya masing-masing telah mencapai angka 10% dari warga negaranya. Singapura 9%, malaysia 8%, dan masih banyak lagi negara-negara lainya. Pertanyaanya, sudahkah negara kita mencapai prosentase minimal tersebut (2%)? Dan setelah diteliti, ternyata warga negara indonesia kita tercinta ini hanya baru sekitar 0,19% saja yang berstatus sebagai enterpreneur, atau 450.000 orang saja. itu masih sangat jauh sekali dari prosentase minimal, yakni 2% atau 5.000.000 warga indonesia harus menjadi seorang enterpreneur agar bangsa kita ini mampu menjadi negara maju. Bagi seseorang yang tidak terlalu suka dengan aturan, maka perlu diketahui, seorang enterpreneur tidak terikat oleh aturan apa pun kecuali aturan yang telah di buatnya sendiri. Itu artinya, ia bisa bekerja bebas tanpa ada seseorang yang mengaturnya. Dengan begitu, kita bisa dekat dengan keluarga juga punya cukup banyak waktu untuk bisa bersama dengan mereka. Jelas itu merupakan kelebihan yang ditawarkan ketika kita berwirausaha. Bahkan bisa saja, kita mengajak mereka dalam mengurus sistem wirausaha kita tersebut. Yang diperlukan dari berwirausaha hanyalah bagaimana kita mampu untuk sekreatif dan seinovatif mungkin agar usaha kita dapat bertahan dalam segi eksistensinya. Yang diperlukan dari berwirausaha lainya adalah menejemen yang baik dan mampu memanfaatkan serta melihat peluang. Setelah itu, jalani prosesnya dengan bersabar dan tutuplah dengan berdo’a. Ketika semua upaya tersebut telah anda lakukan, yakinlah kesempurnaan dan kelancaran dari usaha itu dapat anda peroleh. Sosok enterpreneur begitu penting dalam perkembangan suatu bangsa. Dengan demikian, jiwa enterpreneurship harus sesegera mungkin ditumbuhkan dan dikenalkan kepada warga negara indonesia, sehingga dimasa mendatang, banyak generasi muda indonesia yang telah siap berkecimpung di dunia wirausaha. Dan mungkin alangkah baiknya proses pembelajaran penumbuhan jiwa enterpreneur tersebut di lakukan juga oleh para santri yang ada di lingkungan pesantren. Itu di sebabkan, pesantren merupakan lembaga yang paling efektif untuk mendidik regenerasi bangsa agar menjadi lebih mandiri. Di negara kita, kemiskinan merupakan masalah sosial utama. Karena kemiskinanlah kejahatan dan tindakan anarki-anarki lain banyak lahir. Banyak orang bunuh diri pun karena frustasi dengan kondisi ekonominya. Dan faktor kekurangan ekonomi selalu berkaitan dengan yang nemanya kemiskinan. Bahkan ada sebuah ungkapan yang menjelaskan bahwa kefakiran mendekatkan kita pada kekufuran. Semua itu berkaitan erat dengan IPS yang membahas tentang kemsyarakatan atau sosial yang juga merupakan bagian dari konsep dasar IPS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar